PESTA TIDAK BERAKHIR DI SINI
Kembang Api tak lagi berpijar. Mega Tenda telah sepi. Perhelatan akbar pun usai sudah.
(Oleh: Lusia Dewi Darajati)
Pertemuan orang muda Katolik seluruh Indonesia memang telah berakhir.Kegiatan yang berlangsung sejak tanggal 20 – 26 Oktober ini tentu menyisakan berbagai macam kenangan.Meninggalkan banyak rupa perasaan yang tertinggal di dada.Mengukir cerita tersendiri di hati para OMK.
Indonesia Youth Day (IYD) 2012 pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia ini tepatnya di Sanggau, Kalimantan Barat. Kegiatan akbar yang bertaraf nasional ini diikuti oleh sekitar 1.900 orang muda Katolik yang berasal dari 35 keuskupan dari seluruh Indonesia. Angka ini diluar jumlah panitia yang berjumlah ratusan yang berasal dari Komkep KWI itu sendiri dan panitia local Sanggau, Sintang serta Pontianak.
Keuskupan Palangka Raya mendelegasikan kepada 62 orang yang terdiri dari 10 orang Romo pendamping, 3 orang Frater, 1 orang Diakon dan 20 OMK laki-laki serta 28 OMK perempuan yang berasal dari 22 paroki untuk mengikuti IYD. Perjalanan pulang pergi sepanjang 2500 ditempuh dengan menggunakan transportasi darat yaitu hanya dengan8 mobil dan 1 bus. Perjalanan yang tentu sangat panjang karena memakan waktu berhari-hari dan tentunya melelahkan serta menguras tenaga ini tak jua menyurutkan semangat semua peserta untuk bersukaria dan berpartisipasi dalam kegiatan ini.
IYD memang dirancang sebagai sebuah pesta perjumpaan omk seluruh Indonesia, sebuah ajang untuk saling berkenalan, bertemu dan berjejaring dengan omk dari seluruh Indonesia, mengenal budaya masyarakat dayak Kal-Bar itu sendiri serta budaya suku-suku lain yang turut hadir dan memeriahkan acara ini.Tentunya tak ketinggalan kegiatan sharing pengalaman iman dan sesi-sesi pleno yang diisi oleh para uskup serta sesi workshop berbagai tema yang menarik bagi OMK.
Untuk diketahui, IYD sendiri terbagi dlm 2 tahap, live in yang berlangsung tanggla 20-22 Oktober dan 23-26 Oktober untuk acara Puncak IYD di Sanggau. Distribusi peserta pada saat live in berbeda untuk masing keuskupan, ada yg di wilayah keuskupan Pontianak, Sintang dan Sanggau. UntukKeuskupan Palangkaraya ditempatkan di Paroki Toba Desa Teraju alasannya lokasinya terdekat dengan daerah perbatasan karena kami melewati jalan darat. Sedangkan, Mega Tenda adalah sebutan untuk tenda yang berukuran super besar di mana nanti di tempat itu kamiakan bertemu, berkumpul dan melakukan aktivitas bersama OMK seluruh Indonesia.Menurut informasi, Mega Tenda ini dapat menampung 3000-5000 orang.
Tak disangka-sangka, penyambutan yang luar biasa kami terima.Tari-taran diiringi musik khas daerah menyambut kami dengan meriahnya. Beberapa untaian bunga dikalungkan kepadarombongan. Sebelumnya dilakukan tradisi ‘potong pantan’ yaitu memotong bambu yang diletakkan mendatar di semacam gerbang pembatas. Batas ttersebut harus dipotong sebagai tanda bahwa tidak ada lagi perbedaan antara tuan rumah dan tamu.Bisa dibilang bahwa kedua pihak yang berbeda tadi telah menjadi bagian dalam keluarga.Penyambutan yang menurut kami cukup mewah.
Hari-hari selanjutnya diisi denganlive in. Tujuannya yaitu agar OMK dapat mengambil bagian dalam keluarga, ikut serta dalam dinamika kehidupan masyarakat setempat. Kegiatan yang kami lakukan dalam keluarga berbeda-beda; ada yang ikut kerja di ladang padi, sayur dan buah , ada juga yang ikut kerja di kebun karet, serta ada yang jaga warung dan lainnya. Kegiatan di live in diselingi rekreasi ke rumah Betang, rumah adat suku dayak Kal-Bar.Menjadi saksi begitu menariknya rumah Betang ini dan dapat melihat langsung kehidupan beberapa keluarga yang dengan rukun masih tinggal di rumah Betang ini.
3 hari tak terasa berlalu, begitu banyak pengalaman yg dirasakan sejak bersama keluarga angkat di tempat live in.Pengalaman yg tak mungkin dilupakan.Berkumpul bersama keluarga, berinteraksi dgn masyarakat atau sekedar hanya mandi di sungai atau bahkanbermain-main di air terjun. Pengalaman yg luar biasa yang tak mungkin di dapat di tempat lain.
Perpisahan selalu menjadi hal yg mengharukan.Malam keakraban sekaligus malam terakhir di Paroki Toba.Tetapi kami harus melanjutkan perjalanan ke Sanggau untuk acara puncak IYD 2012. Perjalanan yang akan memakan waktu kira-kira 5 jam karena harus menyebrang sungai menggunakan ferry penyebrangan dan kondisi jalan yang sebagian besar cukup rusak.
Perasaan sedih dan excited bercampur jadi satu. Sedih ketika harus berpisah dengan keluarga yang selama ini telah menerima kami dengan baik.Excited karena kami semua akan bertemu dengan ribuan OMK dari seluruh Indonesia. Berbagi pengalaman iman bersama.Berkumpul dan berjejaring bersama.Begitu banyak kenangan di Paroki Toba desa Teraju dan kami bangga dapat merasakan keramahtamahan masyarakat dayak Kal-Bar secara langsung.
Seperti istilah yang akrab di telinga ‘tamu adalah Raja’.Umat di Teraju telah memperlakukan kami bagai raja.Sambutan sehangat rumah sendiri yang kami terima.Kami yakin segala yang terbaik mereka sediakan bagi kami.Semoga layaknya Yesus yang hadir sebagai Raja, kami pun dapat menampilkan berbagai rupa wajah Yesus yang hadir di tengah umat khususnya di tengah keluarga.Semoga kami semua masing-masing dapat memaknai live in ini sendiri dan tetap mengobarkan semangat muda kami dalam membangun kehidupan menggereja.
Episode selanjutnya di Sanggau akan menjadi semakin menarik. Acara dibuka dengan Pawai Budaya membuat kami terlupa sejenak dengan kelelahan selama perjalanan menuju ke Sanggau. Melihat parade OMK yang dengan bangga mengenakan pakaian adat dari daerahnya masing-masing dan mendengar yel-yel atau bahkan lagu daerah yang dimodifikasi bergaya anak muda semakin membakar api semangat. Jantung terasa semakin cepat berpacu.Warna-warni dari Sabang sampai Merauke tersaji di sini.Di Sanggau ini sukses terukir sejarah baru.Di mana Bhinekka Tunggal Ika terwujud dalam rupa orang muda.Melihat berbagai macam wajah Tuhan dalam setiap suku yang ada di Indonesia.Namun, sebuah pengandaian tiba-tiba muncul di tengah kemeriahan ini.Seandainya saja di kehidupan ini semua dapat berkumpul bersama, berjalan beriringin tanpa mempermasalahkan perbedaan, tentu keindahan dalam keberagaman dapat tercapai, kedamaian dan keadilan menjadi milik semua orang.Sungguh, Allah luar biasa, segala yang berbeda dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dan sempurna di tempat ini.
Euphoria tidak berhenti di sini saja.Masih ada pesta Upacara Pembukaan dan Pentas Budaya yang menampilkan kesenian dari berbagai daerah di Indonesia.Masih ada api unggun dan pesta kembang api. Decak kagum dan perasaan bahagia melimpah ruah.Raga yang mulai letih pun seketika mendapatkan energy baru.Mata ini tak rela jika harus melepas pandangan dari tiap momen yang menakjubkan ini.Kesempatan dan anugrah yang luar biasa yang disediakan Allah bagi OMK seluruh Indonesia. Awesome!!
Namun, di tengah hingar bingarnya, para uskup, romo dan sahabat muda tetap mengisi hari kami dengan banyak pengalaman iman yang menarik. Sesi pleno yang padat dengan tema berbeda memberikan nuansa tersendiri. Kata-kata yang menawan.Petuah yang menyejukkan hati buat kami anak muda.Mungkin juga memuaskan dahaga bagi jiwa yang kering.
Salah satu penggalan isi pleno yang mengena di hati yang disampaikan oleh Mgr. John Philip Saklil selaku ketua KOMKEP KWI berbunyi seperti ini ‘masa muda adalah masa di mana begitu membaranya energy dan semangat serta cita-cita untuk berbuat lebih banyak..untukberbuat lebih baik. Seperti Tuhan Yesus yang memberi banyak bahkan memberi seluruh hidupNya. Orang muda adalah masa depan gereja. Tuhan memberikan kepadamu penebusan dunia dan menghadirkan kasih. Tanpa Yesus hidup kita akan mengering, mematikan, maka datanglah kepada Yesus. Berakarlah kepadaNya’.
Pesta IYD memang telah berlalu.Api unggun hanya meninggalkan bara. Mega tenda kembali sepi.Massa sudah kembali ke tempat asal.Mungkin tuak yang selama acara ini menjadi bahan pembicaraan yang hangat dan cinta lokasi yang selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi anak muda akan berlalu seiringnya waktu. Namun, kenangan tentang kebersamaan, pengalaman iman yang terjalin akan tetap tersimpan di hati.
IYD ternyata tak hanya menyisakan kenangan tetapi juga pertanyaan-pertanyaan akan permasalahan yang ada. Begitu ragam pertanyaan yang diam-diam mengusik kalbu. Seperti bagaimana pengalaman iman yang didapat selama IYD, apa yang dapat kami bagikan selain hanya cerita saja, serta kontribusi nyata apa yang akan dilakukan pasca IYD ini ???Mungkin kita perlu berjarak sejenak dengan peristiwa ini, mangambil jarak untuk melihat dari perpektif yang lain, mengambil jarak untuk dapat lebih masuk ke dalam peristiwa ini.IYD mungkin hanya sekedar hura-hura saja bagi sekalangan orang.Tapi bagi kami anak muda, IYD ini sungguh meninggalkan jejak semangat bagi kami untuk berkarya.Apiunggun boleh padam, akan tetapi baranya tetap membakar di jiwa. seperti buluh yang tadinya terkulai kembali tegak karena api semangat IYD ini. Semoga tidak hanya semangat tetapi karya yang sempat tertunda dapat kami lanjutkan kembali.Mungkin tidak banyak hal besar yang dapat orang muda berikan untuk gereja. Akan tetapi, sebagai masa depan gereja dan tentunya masa kini gereja, kami selalu berusaha bekerja di ladangNya, berusaha melakukan hal-hal yang kecil dengan penuh cinta dan sukacita.
Lalu, bagaimana dengan salib utama IYD yang terpampang di hadapan kita?? Selain itu, begitu banyak rupa salib yang dikemas cantik yang dibawa oleh masing-masing keuskupan.Apakah salib tersebut benar-benar menjadi tanda perutusan kita ?? Sanggupkah kita turut serta memanggul salibNya atau membiarkan Tuhan sendiri yang memikul salibNya ??sekali lagi, sebagai masa depan gereja tentu kita harus berani menentukan langkah kita, berani bertindak sejak saat ini, tidak perlu menunggu hingga masa muda kita berakhir dan kita menjadi tua dan kecewa karena tersadar bahwa masa muda kita berlalu tanpa kenangan yang membekas di dada. Lalu, harus mulai dari mana? Seperti sabda perutusan yang selalu kita terima setelah perayaan ekaristi : ‘Pergilah, kita diutus!’ Mulailah dari manapun asalmu, di manapun engkau di tempatkan karena disitulah tugas perutusanmu dimulai.Dimulai dari dirimu sendiri, diriku dan diri kita masing-masing yang berjiwa muda. Tetaplah bersukacita karena pesta kita tidak berakhir di sini dan takkan pernah berakhir…..
Semoga…
———————— Gaudeamus igituriuvenes dum sumnus ——————–
——————— Karena itu bersukacitalah selagi engkau muda ———————-
s