Kunjungan PRIMABATI ke Join Abdulam Ministry (JAM) Palangka Raya
PALANGKA RAYA; Dengan menggunakan empat buah mobil 30an suster, bruder, frater dan pastor yang tergabung dalam Persaudaraan Imam Biarawan dan Biarawati Keuskupan Palangka Raya, PRIMABATI, bergerak menuju Pusat Pelayanan Join Abdulam Ministry di jalam Tjilik Riwut km 18. Kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan PRIMABATI dalam rangka mengisi masa adven 2014. Acara ini berlangsung pada hari Minggu tanggal 14 Desember 2014
Join Abdulam Ministry adalah pusat pelayanan yang menangani pembinaan mental dan rohani untuk sahabat-sahagat kita yang kurang beruntung. Entah karena alasan apapun, sahabat-sahabat kita ini mengalami gangguan mental. Ada sekitar 28 sahabat kita di sana. Ada yang datang diantar oleh keluarganya. Ada yang datang diantar oleh masyarakat dan aparat, tetapi ada juga yang dibawa oleh pengurus dari jalanan atau tempat-tempat tertentu di sekitar kota Palangka Raya. Ada yang karena alasan kriminalitas, relasi personal, masalah keluarga sahabat-sahabat kita ini terganggu kejiwaannya. Join Abdulam Ministry atau yang kita kenal sebagai yayasan JAM berada dalam naungan JAM Kalimantan Timur yang dikelola langsung oleh sebuah keluarga, inilah yang membuat kami kagum. Sebagai ketua yayasan adalah kepala keluarga, sedangkan sang istri, selain sebagai pendeta, juga berkarya membantu mendampingi sahabat-sahabat kita ini setiap hari. Sementara itu anak laki-laki mereka dibantu oleh salah seorang sahabat kita yang sudah bisa diandalkan menjalankan tugas operasional sehari-hari. Menurut cerita pengurus yayasan, selama lebih dari beberapa tahun terakhir ini JAM sudah mendampingi lebih dari 400 orang dan sebagian besar dari mereka sudah kembali ke keluarga dan meneruskan kehidupan yang normal. Syukur pada Allah.
Kegiatan ini berlangsung dalam beberapa bagian: pertama perkenalan, baik dari kami anggota PRIMABATI, dari pengurus yayasan dan dari sahabat-sahabat kita dengan gaya dan keterbatasan masing-masing. Setelah perkenalan kami mendapat sharing pengalaman dari pengurus yayasan berkaitan dengan sejarah pendirian JAM, pengalaman bagaimana harus mendampingi sahabat-sahabat kita di JAM tentu saja tidak mudah dengan berbagai macam kesulitan dan tantangan tentunya. Tidak hanya kesulitan bagaimana mendampingi sahabat-sahabat kita ini supaya bisa mandiri, dan mengembalikan mereka yang sudah dianggap mandiri ke keluarga karena mengalami penolakan, tetapi juga kesulitan material dan finansial. Suka duka pendampingan yang diceritakan, membuat sebagian besar suster terharu. Cerita pengalaman bagaimana mereka mengajari aktivitas-aktivitas harian seperti mandi, makan, mencuci, berkebun, berdoa dan sebagainya membuka mata hati kami akan nilai-nilai pengorbana, pelayanan dan cinta kasih. Harapannya memang yayasan seperti ini tidak ada lagi dengan asumsi bahwa tidak ada lagi juga orang-orang yang memiliki gangguan jiwa dan mental. Kemudian acara dilanjutkan dengan penampilan menyanyi dari sahabat-sahabat kita tersebut. Mereka menampilkan beberapa lagu. Yang membuat kami kagum adalah dengan latar belakang seperti itu toh masih bisa dilatih, diajari sesuatu yang baik, meski tentu saja dengan perjuangan yang tidak mudah. Dengan keyakinan kuat, dengan ketulusan hati dan perhatian yang dalam, ternyata para pengurus yayasan JAM ini dapat membuktikan bahwa segala sesuatu dapat dikerjakan dengan bantuan Allah. Kegiatan kunjungan ke JAM kami akhiri dengan doa dan makan siang bersama. Kami juga membagikan tali kasih berupa sembako sebagai bentuk kasih kasih kami, meski tidak seberapa banyak tetapi penuh dengan ketulusan hati.
Nilai apa yang bisa kami dapatkan dari peristiwa perjumpaan ini? Beberapa anggota PRIMABATI mensharingkan bahwa pada dasarnya semua manusia adalah mahkluk ciptaan Allah yang memiliki hak yang sama untuk dicintai, diperlakukan sesuai dengan martabatnya, mendapat perlakuan yang layak sebagai manusia, tidak boleh dibeda-bedakan. Justru keterbatasan yang dimiliki oleh manusia dapat menjadi dasar semangat untuk saling melengkapi dan memperkaya. Ada juga yang membagikan pengalaman ketersentuhan hati karena pengalaman perjumpaan dengan sahabat-sahabat kita di JAM. Justru mereka-mereka ini tidak boleh kita jauhi, kita pandang negatif, kita adili dengan mudah. Mereka membutuhkan pendampingan, pemahaman dan pengertian dari kita. Bahkan ada anggota PRIMABATI yang merasa “malu dan tertampar” karena selama ini senantiasa berbicara tentang cinta kasih, tentang pelayanan, tentang pengorbanan, kesabaran dan nillai- nilai Injili dan keutamaan-keutamaan kristiani lainnya tetapi sering kali jatuh dalam diskusi, wacana, pembicaraan bahkan pemikiran saja. Bagaimana pengurus yayasan JAM mendampingi sahabat-sahabat kita dengan segala suka dukanya menyadarkan kita untuk tidak hanya berbicara tetapi sungguh melakukan karya-karya yang nyata mulai dari hal-hal yang sanagt sederhana dan konkret. Kami juga tertantang untuk menjadi pribadi yang penuh syukur, tidak mudah menuntut dan tidak mudah mengeluh, begitulah kira-kira sharing dari salah seorang suster dalam perjalanan kami pulang ke komunitas masing-masing.
Oleh : R.P. Andreas Tri Adi Kurniawan MSF