Harapan Perkembangan Umat Kepraya
Bercermin pada data-data, kita mendapat gambaran yang lengkap mengenai gerak serta dinamika kehidupan menggereja di Keuskupan Palangka Raya. Kurun waktu 20 tahun telah menunjukkan betapa Gereja Keuskupan Palangka Raya adalah Gereja dinamis, yang senantiasa bergerak ke depan menuju ke arah yang lebih baik.
Perkembangan jumlah umat sebanyak 37.335 org, dari 36. 668 pada saat berdirinya Keuskupan Palangka Raya (1993) menjadi 74.003 org pada tahun 2012 adalah sebuah kenyataan yang patut disyukuri. Data tersebut mau mengatakan bahwa rata-rata setiap tahun terjadi pertambahan umat sebanyak 1.833 org. Harapan akan pertambahan dan pertumbuhan kedepan tetap terbuka lebar mengingat Wilayah Kalimantan Tengah menjadi salah satu sentra pengembangan industi perkebunan sawit dan karet berskala besar serta kekayaan alam yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
Hal ini tentu saja mengundang kehadiran tenaga kerja yang tidak mustahil berasal dari kantong-kantong Katolik, seperti dari Flores dan Timor seperti telah terjadi selama ini. Kehadiran tenaga kerja yang berasal dari kantong-kantong Katolik itu menyumbang sangat besar bagi pertambahan jumlah umat Katolik di wilayah Kalimantan Tengah ini. Paroki Rantau Pulut adalah salah satu Paroki yang mengalami pertambahan jumlah umat yang signifikan dengan kehadiran para karyawan di perkebunan-perkebunan sawit; hal yang sama juga terjadi dengan paroki Parenggean.
Selain itu, dalam upaya pemerataan jumlah penduduk di wilayah Indonesia, program transmigrasi akan digalakkan kembali oleh pemerintah pusat dengan memindahkan penduduk dari pulau-pulau padat penduduk ke pulau-pulau yang masih jarang atau langka penduduknya. Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau yang kepadatan penduduknya masih sangat rendah, karena itu sangat potensial menjadi tujuan kedatangan para transmigran dari daerah-daerah lain. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa cukup banyak transmigran yang datang dari “kantong-kantong” Katolik (Flores, Timor) dan sebagian kecil dari Jawa Tengah, telah menyumbang bagi perkembangan jumlah umat. Palarejo di wilayah paroki Ampah, PIR Desa V di wilayah paroki Pangkalan Bun, PIR Butong di wilayah paroki Muara Teweh dan Pangkoh di wilayah paroki Pulang Pisau adalah sejumlah contoh yang memberikan gambaran cukup jelas bahwa kehadiran para transmigran telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan jumlah umat. Hal yang sama dapat kita harapkan terjadi di masa depan mengingat kecenderungan perkembangan yang sedang terjadi seperti yang diuraikan diatas.
Selain itu, perkembangan dan pertambahan juga dapat diharapkan terjadi melalui proses alamiah, yakni melalui baptisan bayi dari lingkungan keluarga-keluarga Katolik. Prosentase jumlah generasi muda yang cukup banyak serta kecenderungan yang dominan untuk memilih kehidupan berkeluarga daripada kehidupan membiara atau Imamat memberi harapan akan munculnya pertambahan dan perkembangan umat secara alamiah. Selain itu, kita juga tetap menaruh harapan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan umat melalui peristiwa pertobatan dari warga masyarakat lainnya.
Untuk itu, contoh serta kesaksian hidup yang baik dari umat Katolik harus senantiasa diusahakan dan diperjuangkan agar dapat menjadi pewartaan yang efektif bagi orang lain. Bukankah banyak pertobatan terjadi karena orang melihat adanya nilai tambah dalam kehidupan orang Katolik daripada pertobatan yang terjadi melalui kotbah? Kesaksian hidup yang baik, dalam arti hidup seturut nilai-nilai Injili menjadi pewartaan yang efektif bagi banyak orang. Zaman sekarang ini, orang lebih percaya akan contoh dan keteladanan hidup yang diperlihatkan dengan keseriusan dan komitmen daripada kotbah dan seminar atau kebangunan rohani serta hal-hal lain yang bersifat seremonial.
Dari analisa tersebut diatas, kita dapat menaruh harapan besar di masa depan bahwa akan terjadi pertambahan jumlah umat secara berkelanjutan, yang berarti akan muncul paroki-paroki baru sebagai konsekuensi logis dari pertambahan jumlah umat. Kehadiran paroki-paroki baru tentu saja menuntut ketersediaan tenaga pastoral, baik tertahbis maupun non tertahbis yang siap untuk melayani umat. Umat paroki PIR Butong adalah salah satu contoh yang dengan jelas menunjukkan bahwa pertambahan jumlah umat yang signifikan “mengharuskan” didirikan paroki baru agar pelayanan umat semakin efektif dan trejangkau. Hal yang sama akan muncul di tempat lain, bila jumlah umat memadai serta tenaga pastoral siap utuk melayani. Karena itu, kedepan kita optimis akan perkembangan jumlah umat dan pemekaran paroki-paroki baru sebagai konsekuensi logis dari pertambahan jumlah umat yang akan terus terjadi.