Traning for Trainers
Pada akhir pekan lalu, tepatnya pada tanggal 23-24 Mei 2015, Komisi Kepemudaan Palangka Raya menggelar kegiatan Organizational Development (OD) yang kedua di Aula Komisi Keuskupan Palangka Raya. Kali ini OD yang dilaksanakan bertema Training For Trainers (TFT). Karena dirasa penting dan bermanfaat untuk pengembangan kapasitas sebagai pendamping OMK maka Komkep berinisiatif mengundang para aktivis dan penggerak OMK dari setiap paroki yang ada di Keuskupan Palangka Raya. Kegiatan ini diikuti oleh 41 orang peserta yang berasal dari 20 Paroki, ada beberapa paroki yang tidak mengirim peserta yakni Paroki St. Theresia Rungan Manuhing, Nanga Bulik dan Sukamara. Pada kesempatan OD kali ini, team Komkep mengundang Pak Bebeth Darmawan, Pak Tribroto dan Rm Junet, Pr sebagai narasumber.
Hari pertama memang dikemas secara khusus untuk intern Keuskupan Palangka Raya saja, team Komkep bermaksud menggali informasi seputar pendampingan OMK yang selama ini telah berjalan di masing-masing paroki. Acara yang dimulai pada malam hari ini diawali dengan perkenalan singkat peserta kemudian bernyanyi bersama dalam gerak dan lagu untuk mencairkan dan menghangatkan suasana. Selain itu, team Komkep juga memperkenalkan produk unggulan Komkep yaitu ecobag dan ecobottle yang saat ini dijadikan sebagai sumber fund raising. Tidak lupa juga kita berbagi informasi mengenai Indonesia Youth Day (IYD) Manado 2016 dan Asia Youth Day (AYD) Keuskupan Agung Semarang (KAS) 2017.
Secara spontan, team pun menodong Bapak Uskup, Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka, MSF untuk memberikan kata-kata sambutan mengenai acara ini, namun yang terjadi, kata sambutan tersebut lebih menyerupai stand up comedy. Gelak tawa peserta tak terhindarkan ketika menyaksikan bapak Uskup berganti peran menjadi komikus. Hehehe.. Tak lupa Beliau berpesan agar peserta mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini dengan sungguh-sungguh agar setelah kembalinya ke paroki masing-masing, peserta dapat membagikannya kepada OMK lainnya.
Dalam sharing terbuka ini, team ingin mencoba menganalisis apa yang terjadi dalam dunia OMK, apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan menjadi pendamping OMK. Kondisi OMK di tiap paroki pun berbeda, ada yang aktif dengan kegiatan rutinnya dan ada pula yang adem ayem tanpa aktivitas, mati suri istilahnya. Permasalahan yang ditemukan pun hampir sama yaitu bagaimana menggerakkan OMK yang kurang aktif, atau mengapa yang aktif hanya yang itu-itu saja dan mengapa banyak OMK yang aktif hanya jika ada event besar saja serta mengapa OMK kurang mendapat dukungan dari umat dan gereja bahkan orang tua. Yaa.. Permasalahan klasik yang selalu ditemui dalam dunia pendampingan. Namun, dalam sharing ini kami pun belajar untuk menemukan jawabannya.
OMK dengan dunianya yang dinamis, jiwa muda yang selalu ingin tahu perlu mendapatkan wadah dan perhatian khusus dalam gereja. Namun, tidak perlu meminta perhatian untuk selalu diperhatikan, tetapi sebagai orang muda tentunya dengan cara positif kita perlu mengambil peluang tersebut, menunjukkan bahwa kita mampu dan bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan meskipun kita hanya orang muda yang dipandang belum banyak makan asam garam. Terkadang kita dikritisi karena kegiatan yang nampaknya hanya bersenang-senang saja. Mmm… Sebenarnya, tidak masalah dengan kegiatan yang berbau euphoria, karena memang di situlah dunia orang muda. Hanya saja, kita memang perlu menemukan makna di balik euphoria yang ada sehingga ada hal positif yang tertanam dalam hati dan ingatan, sehingga OMK tetap setia dan berkembang dalam komunitasnya dan memperkaya pengalaman dalam pelayanan pendampingan orang muda. Seperti melalui sharing ini, ternyata melalui hal sederhana ini kami mendapatkan masukan dan semangat baru serta dikuatkan dan diteguhkan satu sama lainnya agar terus berkarya bagi pelayanan orang muda. Tidak perlu khawatir jika yang aktif hanya beberapa, jika yang beberapa itu saja tetap setia melayani, maka keberlangsungan OMK tetap terjamin.
Pada hari kedua, keseluruhan acara dipegang oleh para narasumber ; Pak Bebeth, Pak Tribroto dan Rm Junet, Pr. Tidak lupa kegiatan pada hari kedua diawali dengan misa bersama. Setelah menyelesaikan sarapan bersama, peserta diajak berproses bersama dalam waktu sehari penuh tersebut. Salah satu tim narasumber, mengajak peserta melakukan beberapa permainan yang berbau mind setting seperti mengubah ‘sedotan’ menjadi paku, ‘sedotan’ menjadi ‘pisau’ dan mengubah ‘telur’ menjadi ‘bola’ serta mematahkan pensil dengan jari/tangan kosong. Dalam permainan ini, peserta diminta berfikir positif dan mengalirkan tenaga positifnya ke benda yang akan diubah tersebut menjadi seperti apa yang kita pikirkan. Seperti sedotan yang berubah menjadi paku sehingga bisa melubangi ubi, sedotan yang berubah menjadi pisau sehingga dapat memotong ubi dan telur yang tidak pecah bahkan memantul seperti bola ketika dilempar dan juga mematahkan pensil hanya dengan kekuatan jari/tangan kita saja. Perlu konsentrasi dan keyakinan untuk dapat berhasil dalam permainan ini serta usaha untuk mengulanginya terus menerus.
Sebagai seorang pendamping sekaligus kader OMK tentunya diperlukan kemampuan sebagai pemimpin yang berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Terlebih sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk berani meneladani kepemimpinan Kristus yang berlandaskan kasih dan semangat pengorbanan.
Lalu, tibalah saat yang paling menegangkan. Bagaimana kita mendobrak batas diri kita, melampaui diri kita sendiri dan berusaha keluar dari zona nyaman kita. Maka, dimulailah permainan ‘fire walker’ Setiap peserta diwajibkan berjalan di atas bara api dan di atas api yang berkobar. Dengan menyalurkan pikiran positif kita, membuat api menjadi teman kita dan dengan menumbuhkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa kita bisa, ternyata semua peserta berhasil melewati tantangan yang luar biasa ini. Wow.. salut..
Rm Junet, Pr mengajak semua peserta untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam diri sendiri, mengendapkan segala hal positif yang telah didapat seharian itu lewat meditasi. Video ‘Passion of The Christ’ dengan backsound lagu ‘Everything I do’ diputar agar kami semua dapat menyadari betapa besar cinta Allah kepada manusia. Lewat permenungan tersebut kami mendapatkan pesan bahwa tidak ada cinta yang tak berharga, yang sia-sia dan juga mendapatkan nilai bahwa pengorbanan itu selalu mempunyai arti. Seperti pengorbanan kita dalam dunia OMK, bahwa apa yang telah kita berikan bahkan hanya berupa waktu dan tenaga itu sangat berharga dan pengorbanan kita itu selalu memiliki arti jika sungguh kita lakukan dengan segenap hati. Dengan keyakinan bahwa kita bisa, pasti bisa dan harus bisa, kita akan berhasil mencapai tujuan bersama dalam pelayanan pendampingan orang muda ini.
Waktu dua hari ini dirasa kurang oleh peserta yang antusias mengikuti serangkaian kegiatan TFT ini. Namun, di waktu yang terbatas ini peserta mendapatkan pencerahan dan menyadari bahwa banyak hal baru dan positif yang di dapat dari kegiatan ini. Mereka berharap Komkep selalu melakukan terobosan baru dalam hal pembinaan pendampingan orang muda dan TFT dirasa penting untuk dijadikan program kerja rutinan Komkep. Di penghujung TFT ini pula, Koordinator Komisi Kepemudaan yaitu RP Andreas Tri Adi Kurniawan menyampaikan bahwa segala kegiatan yang diadakan Komkep bertujuan untuk membangun nilai dan menanamkan hal-hak yang prinsip kepada OMK di seluruh Keuskupan Palangka Raya. Beliau juga berpesan agar setelah mengikuti kegiatan TFT ini para peserta dapat menjadi penggerak OMK di parokinya masing-masing. Being simple is a complicated skill ; Hal-hal yang rumit selalu dimulai dari yang sederhana. Sesederhana setia dan berkembang dalam karya pendampingan orang muda.
Semoga..
Sampai berjumpa di agenda Komkep berikutnya..
Selamat berkarya para pendamping OMK..
Tuhan Yesus memberkati..
-lusia dewi-